Bayt Al-Qur’an, Wadah Mahasantri Telaah Sejarah Al-Qur’an

Bayt Al-Qur’an, Wadah Mahasantri Telaah Sejarah Al-Qur’an

Ma’had Aly – Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ) gelar Tur Virtual Bayt Al-Qur’an, Senin pagi (22/03). Ma’had Aly Sa’iidusshiddiqiyah Jakarta berkesempatan sebagai peserta perdana.

Melalui tur virtual ini, mahasantri Mahad Aly Jakarta dapat mendalami tiga tugas penting yang Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an sebagai suatu lembaga dibawah naungan Kementrian Agama. Ketiga bidang ini antara lain:

Pertama, mentashih Mushaf Al-Qur’an. Setiap mushaf Al-Qur’an yang akan dicetak dan diedarkan harus mendapat surat pengesahan dari Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an. Saat ini ada 16 pentashih yang hafal Al-Qur’an, setiap harinya mereka membaca 3 juz Al-Qur’an untuk diperiksa sebelum dicetak oleh penerbit.

Kedua, pengkajian Al-Qur’an. Dalam hal ini, tim lajnah memberikan pemahaman mendalam tentang isi Al-Qur’an baik melalui buku ataupun film. Saat ini sudah menerbitkan buku Tafsir Ta’wili, Tafsir Maudu’i dan Tafsir Ilmi. Bidang ini bekerjasama denga para ulama ahlul qur’an dan tafsir.

Ketiga, merawat mushaf Al-Qur’an dengan mengelola Bayt Al-Qur’an. Setelah Al-Qur’an dijaga kesahihan teksnya lalu dikaji dan dikembangkan, lalu LPMQ melakukan konservasi di Bayt Al-Qur’an.

Bayt Al-Quran merupakan salah satu museum yang ada di kawasan wisata Taman Mini Indonesia Indah (TMII), museum ini menyimpan materi inti yang merupakan hasil pemahaman, pengkajian dan apresiasi umat Islam Indonesia terhadap kitab sucinya yaitu Al-Qur’an. Yang meliputi manuskrip Al-Qur’an, terjemah dan tafsir Al-Qur’an, Al-Qur’an cetakan, Al-Qur’an elektronik dan digital, warisan budaya qurani.

Semua koleksi tersebut diperlihatkan oleh petugas Bayt Al-Qur’an ketika tur virtual via zoom meeting. Dewan petugas membawa peserta berkeliling sambil menjelaskan setiap koleksi yang tersimpa rapih dalam museum.

Bayt Al-Qur’an ini diresmikan pada 20 April 1997 yang bertepatan dengan ulang tahun Taman Mini ke-22. Ketika kita memasuki museum ini langsung disuguhkan dengan dua koleksi ikon yaitu, Al-Qur’an terbesar dan terkecil. Mushaf Al-Qur’an terbesar ini ditulis oleh santri Pondok Pesantren Asy’ariyah Wonosobo, Jawa Tengah yaitu, Ustadz Hayatuddin dan Ustadz Abdul Malik. Al-Qur’an ini berukuran 2×3 m dan ditulis ½ tahun atau 18 bulan. Adapun mushaf Al-Qur’an terkecil, yakni mushaf Istambul dicetak berukuran 100 kali lebih kecil dari mushaf Wonosobo.

Kemudian, pemandu membawa peserta ke ruang pamer Bayt Al-Qur’an, di sini telah dituliskan tentang sejarah penulisan Al-Qur’an dari masa ke masa. Al-Qur’an sudah dituliskan sejak zaman Nabi Muhammad Saw oleh para sahabat nabi dengan menggunakan pelepah kurma, bebatuan, kulit kayu dan tulang belulang. Kemudian, pada masa Utsman bin Affan, mushaf-mushaf tersebut dikumpulan untuk ditulis ulang.

Bayt Al-Qur’an juga memiliki koleksi Al-Qur’an yag ditulis dimarmer, karya Bapak Nur Hidayat Siba dari Pekalongan, Jawa Tengah, koleksi ini didapat pada bulan September 2016.

Lalu ada beberapa koleksi repro foto bentuk karakter tulisan Al-Qur’an, pertama; pada masa Nabi Saw, yaitu surat Nabi Saw untuk Raja Romawi dengan karakter tulisan yang masih kaku. Kedua; tulisan Al-Qur’an pada abad 2 H yaitu mushaf Masyhad Husain. Mushaf aslinya ada di Kairo, Mesir. Sampai Mushaf ini belum memiliki tanda baca sama sekali. Ketiga; tulisan mulai ada variasi dan tidak kaku. Keempat; tulisan tidak kaku dan memiliki tanda baca dengan menggunakan titik. Terakhir; saat ini mushaf al quran sudah banyak variasi dan memiliki tanda baca yang dikenal dengan mushaf naskhi. Masih banyak lagi koleksi yang dimiliki oleh Bayt Al-Qur’an.

Begitu banyak koleksi yang ada di Bayt Al-Qur’an. Sebagai mahasantri sejarah, ini merupakan salah satu wadah penelitian sejarah Al-Qur’an yang harus terus digali lebih dalam. Masih banyak ilmu tentang Al-Qur’an yang belum tersampaikan ke masyarakat umum. Kalau bukan mahasantri sejarah yang menelaah, siapa lagi?

(Dalimah NH)

Leave a Reply